Selasa, 03 April 2012

BIOGRAFI IMAM GHOZALI 
Namanya adalah Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Atthusyi, Kunyahnya adalah Abu Hamid Laqobnya adalah Hujjatul Islam. Lahir pada tahun 450 H. ( Qurun ke 5 H.) dan wafat tahun 505 H. dalam usia 55 tahun. Atthusyi adalah tanah kelahirannnya, merupakan kota di tanah Hurasan, daerah yang masih dalam kekuasaan Negara Baghdad ibu kota Iraq, berjarak 10 Parsakh dari kota Naisabur. Atthusyi jatuh ke tangan kaum muslimin pada masa pemerintahan Usman bin Affan. Di tanah inilah Harun Al Rosyid Raja terkenal pada dinasti Abbasyiyah dan Ali bin Musa Arridho di makamkan, dari tanah ini pula banyak ulama' besar dan terkenal yang tak terhitung jumlahnya dan banyak pula peninggalan Islam yang sangat besar dari tanah Atthusyi. Ayah Imam Ghozali bernama Muhammad adalah orang sholeh yang selalu menjaga hati dan tangannya dari kemaksiatan, pekerjaannya penenun kain woll dan menjualnya di toko miliknya yang berada di kota Atthusyi. Selesai berdagang ayahnya selalu meluangkan waktunya untuk datang ke Halaqohnya para Ulama' dan mendengarkan sesuatu yang diajarkan oleh ulama' ahli fiqih dan ahli nasihat (petuah) serta berusaha mengamati dan mengamalkan perilaku para ulama' dalam hal mengajar dan belajar mengambil faedah, dan juga selalu menyisakan kelebihan rizki dari sekedar kebutuhannya untuk disedekahkan kepada mereka. Lantaran itulah ia banyak mendapatkan bermacam-macam ilmu dari majlis tersebut. Ia (Muhammad) sangat mengharapkan anugroh Alloh agar mengaruniai putra dari tulang rusuknya yang suka duduk di majlisnya para ulama', baik ulama' Fuqoha' atau ulama' ahli petuah, yang mana mereka mau mengajarkan urusan-urusan agama kepada umat manusia, dan sebagai penunjuk jalan terbaik dunia akhirat. Alloh mendengarkan do'anya dan memberi karunia kepadanya dua orang putra yaitu Abu Hamid Al-Ghozali dan adiknya bernama Imam Ahmad Al-Ghozali. Ibnu kholkan berkata: Adik Imam Ghozali bernama Abul Fatah Ahmad bin Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Atthusyi Al ghozali yang berjuluk Najmuddin. Beliau menguasai ilmu nasihat dengan penguasaan yang sempurna. Selain itu beliau juga tergolong ulama' ahli fiqih yang memiliki banyak karomah dan isyarat-isyarat, hanya saja beliau telah banyak kecenderungannya kepada ilmu tashowuf atau ilmu Adab. Beliau juga sebagai pengajar di Madrasah Nidhomiyah dan mengganti tugas kakaknya (Imam Ghozali) ketika ia tidak mengajar lagi karena telah memilih jalan untuk berzuhud. Imam Ahmad meringkas kitab Ihya' Ulumuddin dalam sebuah kitab yang bernamaلباب الإحياء dan kitab lain bernamaالذخيرة في علم البصيرة Beliau berkeliling ke beberapa Negara dan berkhidmah kepada ahli syufi. Beliau wafat di tanah qozwaini pada tahun 520 H. beliau menghabiskan waktunya hanya untuk ibadah dan uzlah (menyendiri).
AWAL HIDUP SETELAH DITINGGAL SANG AYAH Ayah Imam Ghozali sebelum wafat berwasiat kepada temannya yang syufi dan ahli berlaku baik dengan kata-katanya: "sesunggunya aku dalam keprihatinan yang amat besar terhadap keinginan belajar menulis, dan aku ingin menambal sesuatu yang tertinggal dariku dapat dicapai oleh kedua anakku ini." Wasiat tersebut dilakukannnya kepada Imam Ghozali dan Ahmad adiknya, keduanya diajarkan cara menulis dan dididik ilmu adab sampai semua harta benda peninggalan almarhum yang tidak begitu banyak habis untuk membiayai keduanya, hingga sang sufi yang melaksanakan wasiat orang tua Imam Ghozali menyampaikan udzurnya (alasannya) dalam hal mengajarkan keduanya dan biaya hidup makan sehari-hari, ia tidak menemukan jalan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup keduanya kecuali makanan pagi dan pakaian untuk belajar di madrasah tersebut. Ia melaksanakan wasiat orang tua kedua anak yatim itu dengan baik, keduanya ditinggalkan dalam keadaan faqir dan tidak memiliki harta yang dapat menunjang kebutuhan hidupnya. Ia berkata kepada keduanya: Ketahuilah oleh kalian! Sesungguhnya aku telah membelanjakan untuk kalian berdua semua harta milik kalian berdua, aku adalah seorang lelaki yang ahli tajrid (tidak bekerja) sehingga aku tidak memiliki harta untuk menolong kalian berdua, maka aku sarankan agar kalian mengungsi (datang) ke madrsah karena kalian sebagai pelajar, maka kau akan dapat menghasilkan makanan buat hidup kalian dalam menuntut ilmu. Akhirnya keduanya melaksanakan anjurannya, dan inilah yang menjadi sebab keberhasilan keduanya dan kletinggian derajat keduanya. Imam Ghozali menceritakan sendiri peristiwa di atas dan pernah berkata: طلبنا العلم لغير الله فأبي ان يكون الا لله Artinya: Aku mencari ilmu bukan karena Alloh kemudian ilmu tersebut menolaknya kecuali hanya karena Alloh. Maksudnya : kami mencari ilmu sebagai wasilah untuk mata pencaharian yang mana dengan mata pencaharian itu akan dapat membantu dalam menuntut ilmu. Seperti yang dialami oleh pelajar pada umumnya kemudian ilmu itu yang mengantarkan keduanya sampai puncak ilmu hakikat yang ma'rifat kepada Alloh dengan sebenar-benarnya.
 AWAL PENGEMBARAAN MENCARI ILMU Pada masa kecilnya Imam Ghozali belajar satu bidang ilmu fiqih di kampong halamannya yaitu Atthusyi kepada Ahmad bin Muhammad Al Rodzikoni kemudian pergi ke kota Jurjani yaitu kota besar yang terletak diantara Thobrostan dan Khurrosan di Iraq, orang pertama yang membuka kota tersebut adalah Yazid bin Al Mahlab bin Abi Shofroh, dari kota inilah muncul para ulama pilihan dibidang adab, fiqih dan hadits. Al-Istikhori berkata: Jurjani adalah kota terbesar di wilayahnya, tanahnya kering jarang hujan di banding Thobrustan, penduduknya sangat tentram para pemimpinnya sangat menjaga muru'ah (harga diri) sekalipun demikian di Jurjani ini banyak airnya dan merupakan kota yang sangat indah. Imam Ghozali pergi ke Jurjani berguru kepada Imam Abi Nasir Al Ismaily dan menulis keterangan-keterangannya kemudian kembali lagi ke kampong halamannya lagi di Atthusyi dan bermukim di Atthusyi beberapa waktu lamanya setelah itu mengadakan pengembaraan lagi ke Naisaburi. Imam As'ad Al Maihani berkata: Aku mendengar Imam Ghozali berkata: kami dirampok di tengah perjalanan dan mereka mengambil semua barang yang kami bawa kemudian mereka berlalu meninggalkan kami, mereka aku ikuti terus dari belakang, kemudian pimpinan mereka menoleh kepadaku sambil berkata : kembalilah kalau kamu tak ingin mati ! Aku berkata kepadanya : Demi Dzat yang kau berharap keselamatan kepadaNya aku meminta kepadamu agar mengembalikan Ta'liqot (tulisan keterangan guru) milikku, itu saja yang kuminta, karena barang itu tidak bermanfaat bagi kamu. Kemudian ia berkata kepadaku : Apa Ta'liqotmu itu ? Aku jawab : Ia itu berupa kitab berada di peti itu, aku pergi hijroh karena untuk mendengarkannya dan menulisnya serta untuk mnegetahui ilmunya. Pimpinan perampok itu tertawa terbahak-bahak dan berkata : Bagaimana kamu mengaku tahu ilmu Ta'liqot tersebut sedangkan aku telah mengambilnya darimu, sehingga kau tidak mengetahuinya, dank au hidup tanpa ilmu, kemudian pemimpin perampok tersebut memerintahkan kepada sebagian temannya dan menyerahkan keranjang rumput berisi Ta'liqot kepadaku. Kemudian Imam Ghozali berkata: Pimpinan perampok ini berkata seperti itu adalah ucapan yang datangnya dari Alloh yang mengingatkan kepadaku lantaran dia, ketika aku sampai di kampung halamanku di Atthusyi aku habiskan waktuku untuk belajar sehingga aku menghafal semua keterangan yang aku tulis agar sewaktu-waktu tulisan itu dirampok orang aku tidak kehilangan ilmu, aku di Atthusyi selama tiga tahun. Setelah itu ia pergi ke Naisaburi berguru kepada Imam Haromain sampai ia menguasai pendapat dalam madzhab,pendapat yang khilaf, ilmu perdebatan, Alqur'an Hadits, dan Ilmu Mantiq. Beliau belajar ilmu hikmah dan falsafah untuk mengukuhkan semua ilmu di atas. Beliau faham kalamnya setiap Imam dari ilmu-ilmu tersebut, dan berusaha untuk menolak kebatilan pendapat mereka, dan membatalkan pengakuan mereka. Beliau mengarang kitab dalam setiap fan ilmu seperti di atas (ilmu tentang Madzhab, Perdebatan, Pertentangan pendapat, Mantiq, dll) dengan sebaik-baik susunan dan sasaran pembahasannya. Beliau orang yang sangat cerdas, benar pendapat dan pandangannya, aneh jati dirinya, memiliki penemuan yang sangat kuat dan sempurna, kuat hafalannya, pandangannya sangat dalam, banyak mempelajari ma'na-ma'na yang sulit di cerna dan mampu menguasainya, sehingga ilmunya bagaikan gunung, banyak pula mengadakan dialog ilmiah dengan hujah yang kuat. Imam Haromain mensifati muridnya dengan kata-katanya : Al Ghozali itu laksana laut yang dalam yang mampu menenggelamkan siapa saja, seperti harimau yang menakutkan, seperti api yang bisa membakar. Setelah Imam Haromain wafat, Imam Ghozali keluar menuju kesebuah markas prajurit dengan maksud bertemu dengan seorang patih (Menteri) yang mengatur tentang undang-undang kerajaan (Peraturan Negara) karena berkaitan dengan majlis ta'lim miliknya yang menjadi tempat berkumpulnya para ulama d I majlis inilah Imam Ghozali berdebat dengan para tokoh ulama dan menundukkan lawan-lawan bicaranya, ucapannya mampu mengalahkan mereka. Sehingga mereka mengakui atas kelebihan yang dimilikinya, mereka menerimanya dengan penuh penghormatan, namanya dikenal di seluruh kota dan desa, sehingga sang Patih meminta Imam Ghozali untuk pergi ke Baghdad menjadi guru di Madrasah Nidhomiyah, dan beliau bersedia dating ke Madrasah tersebut untuk tugas barunya menjadi guru pada tahun 484 H. Di Madrasah Nidhoimiyah ini reputasinya sangat meningkat bertambah dari hari ke hari dan di terima oleh masyarakat luas, ucapan-ucapannya selalu diperhatikan dan diikuti, kewibawaannya di mta pemerintah, para raja dan para menteri sangat besar sekali. Kegiatannya sehari-hari hanya mengajarkan ilmu, menyebarkan ilmu dengan mengajari berfatwa, dan mengarang kitab, Di setiap harinya majlis ta'lim Imam Ghozali di hadiri 300 ulama besar yang bersorban. Imam Ghozali dibuat sebagai percontohan dalam hal belajar dan mengajarkan ilmu dan sebagai tempat pengaduan orang-orang yang menuntut ilmu dan orang-orang ahli wira'i. Sekalipun beliau mendapatkan derajat setinggi itu, beliau tidak menghiraukannya dan bahkan membuangnya dari perasaan hatinya agar terhindar dari hinanya urusan keuniaan. Ketika itu Imam Ghozali menampakkan keinginannya untuk pergi ke Makkah melakukan ibadah haji di Baitullah Al Harom, beliau berangkat pada bulan Dzulqo'dah tahun 488 H. dan meminta adiknya bernama Ahmad untuk menggantikannya dalam urusan mengajar. Sehingga dari Makkah beliau pergi ke Damascus di Syam pada tahun 489 H. tetapi niatnya ke Syam ini tidak ia tampakkan takut di ketahui kholifah (rajanya) dan teman-temannya, kalau ia punya azam untuk bermukim di Syam. Beliau keluar dari Baghdad dengan cara yang sangat halus karena berniat tidak akan kembali lagi ke Baghdad untuk selama –lamanya. Karena bila mereka tahu akan niatnya pasti tidak seorangpun yang mengijinkannya,. Di Syam Imam Ghozali hanya beberapa hari saja tidak lama kemudian pergi ke Baitil Maqdis di Palistina dan menetap beberapa hari saja tak lama kemudian kembali lagi ke Damascus dan masuk ke Masjid Jami' Al Amwa melakukan I'tikaf di menara masjid sebelah barat, dan banyak duduk beribadah di tempat sholatnya Syekh Nasir Al Muqoddasi di Masjid Jami' Al Amwa, seorang syekh yang dikenal dengan Al Ghozaliyah yang merupakan nisbat kepadanya. Ibnu Asakir berkata: Imam Ghozali bermukim di Syam kira-kira 10 tahun. Imam Adzdahibi berkata : Pada suatu hari bertepatan dengan Imam Ghozali masuk ke Madrasah Al Aminiyah, di situ Imam Ghozali mendengar seorang guru sedang menyebut namanya kemudian Imam Ghozali menghawatirkan ujub merasukinya, sepontan saja beliau keluar darinya dan meninggalkan kota Damascus dan berkeliling ke berbagai daerah bahkan Negara, sampai akhirnya masuk ke Negara Mesir. Dari Mesir pergi lagi ke Negara Iskandariyah dan menetap beberapa saat saja. Menurut sebagian riwayat Imam Ghozali bermaksud mencari seorang raja bernama Yusuf bin Tsasyifin seorang raja di tanah Maghrib, karena di kenal keadilannya, ketika telah sampai khabar wafatnya raja Yusuf maka Imam Ghozali berkelana ke berbagai Negara dan singgah di tempat-tempat pertemuan, berkeliling ke makam-makam dan masjid-masjid, dan mengungsi di tanah tandus serta menghajar nafsu dan memeranginya, dan berusaha melakukan tekanan kepada nafsu dengan melakukan ibadah- ibadah yang berat, dan mengujinya dengan bermacam-macam ibadah dan tho'at hingga akhirnya beliau mendapatkan barokah yang sangat banyak dan mencapi derajat kesempurnaan iman. Hal itu juga dilakukan Imam Ghozali sewaktu di Syam yang hanya beribadah di menara masjid dengan mengunci diri di dalamnya, tidak ada kegiatan kecuali hanya uzlah dan menepi dari banyak orang dan riyadloh serta bermujahadah dengan tujuan membersihkan nafsu dan membersihkan akhlaknya serta mengkonsentrasikan hatinya untuk berdzikir kepada Alloh. Dari Syam kemudian ke Baitil Maqdis dan kadang ke goa-goa untuk bertapa dan mengunci diri di dalamnya. Beliau berkelana keluar dari tanah Iraq hanya membawa perbekalan sekedar kecukupan dan makanan kekuatan untuk mengganjal perut seorang anak kecil. Kemudian setelah lama melanglang buana, tergerak di dalam hatinya untuk melakukan haji dan ziarah ke makam Rosululloh agar mendapatkan barokah kota Makkah dan Madinah. Setelah selesai melakukan ibadah haji Imam Ghozali pergi ke hijaz sampai pada akhirnya beliau rindu pada kampung halaman setelah berpuluh – puluh tahun meninggalkannya. Dalam masa pengembaraannya ini, Imam Ghozali menyusun kitab Ihya' Ulumuddin sampai kembali lagi ke Baghdad, dan ia berkata- kata dengan kitab Ihya' Ulumuddin. Sekembalinya Imam Ghozali ke Khurosan di Baghdad, beliau memutuskan hanya untuk ibadah dan lebih memeilih uzlah, Karena senang untuk kholwah dan membersihkan / mengkonsentrasikan hati untuk berdzikir kepada Alloh, hingga ia di minta untuk menjadi guru lagi di madrasaah Nidhomiyah di Naisaburi oleh Fajrul Muluk bin Nidhom Al Muluk, tetapi Imam Ghozali menolaknya dan berkata : Aku hanya ingin untuk beribadah. Maka Fajrul Muluk berkata : tidak halal bagimu mencegah kaum muslimin yang hendak mengambil faedah darimu, akhirnya Imam Ghozali menerima anjuran mengajar walaupun tidak lama.
 NAMA-NAMA GURU IMAM GHOZALI Di bidang Fiqih berguru kepada : Al Imam Abu Hamid Ahmad bin Muhammad Arrozikoni Atthusi tanah kelahirannya. Kemudian berguru kepada Syekh Abu Nasir Al Isma'ily di kota Jurjani kota besar yang terletak diantara kota Thobrostan dan Khurrosan di Baghdad setelah itu pergi ke Naisaburi berguru kepada Imam Haromain. Di bidang Tashowuf berguru kepada : Al Imam Azzahid Abu Ali Al Fadlu bin Muhammad bin Ali Al Faromady Atthusi wafat tahun 477 H. adalah salah seorang pemimpin murid Abil Qosim Al Qusyairi pengarang kitab Ar Risalah, dan diantara gurunya yang lain ialah Syekh Yusuf Assajaaji. Di bidang Ilmu hadits berguru kepada: 1. Abu Sahlin Muhammad bin Ubaidillah Al Hafashi Almawarzi. 2. Al Hakim Abul Fattah Nasir ban Ali bin Ahmad Al Hakami Atthusi. 3. Abu Muhammad Abdulloh bin Muhammad bin Ahmad Al Khowari Nisbat kota Khowar Thobroni. 4. Muhammad bin Yahya bin Muhammad Assuja'I Azzauzani. 5. Al Hafid Abul Futyani Umar bin Abi Al Hasan Al Roaasiyyi Addah Satani 6. Nasir bin Ibrahim Al Muqoddasiyyi, menurut komentarnya Imam Azddahibi. Menurut keterangan Imam Ghozali tidak menemukannya semasa hidupnya,
IMAM GHOZALI SEBAGAI MUJADDID (PEMBAHARU) PADA ABAD KE 5 Bersumber dari hadits marfu' riwayat Abi Hurairoh yang berbunyi: اان الله تعا لى يبعث لهذه الأمة على رأس كل مائة سنة من يجدد لها امر دينها Imam al Iraki berkata : Sudah pasti terjadi pada Umat Muhammad setiap satu abad (100 tahun) ada seorang atau lebih yang menjelaskan Assunnah dari Bid'ah, dan memperbanyak Ilmu dan menolong ahlinya dan menjatuhkan ahli bid'ah. Para Ulama berkomentar: orang yang menjadi Mujaddid harus menguasai semua bidang ilmu baik yang dzahir maupun batin. Maka dapat kita ketahui bahwa mujaddid dalam setiap abad sebagai berikut Abad ke I : Umar bin Abdul Azis (wafat 101 H.) Abad ke II : Assyafi'I (wafat 204 H.) Abad ke III : Abul Abas bin Suraij. Dalam keterangan lain menerangkan pada abad ke tiga ini ada tiga mujaddid, yaitu Ibnu Suraij dibidang Fiqih, Imam Abu Al Hasan Al Asy'ari yang pada mulanya berpaham mu'tazilah kemudian mensupport (mendukung) madzhab Ahlu Sunnah hingga wafat tahun 324 H., di bidang Ushuluddin dan Annasa'I dibidang Hadits, Abad ke IV : Abu Hamid AL Isfiroyini, ada yang berpendapat Sahal bin Assho'luki, yang lain berpendapat seperti pendapat Ibnu Asakir Mujaddid abad ini adalah Abu Bakar Al Baqilani. Pada abad ke V : Hujatul Islam Al Ghozali (wafat 505 H.) Syekh Al Iraki menukil dari sebagian Ulama' Mujaddid abad ke lima adalah: Aba Thohir Assalafi. Bisa terjadi dan itu sah-sah saja dalam setiap abad mujaddid lebih dari satu seperti pendapat Addzahibi dan ulama' lainnya, maka dari itu dapat kita pahami mujaddid dalam setiap abad adalah: 1. Abad Pertama : a. Di bidang pemerintahan : Umar bin Abdul Azis b. Dibidang Fiqih: a. Muhammad Al Baqir b. Al Qosim bin Muhammad c. Salim bin Abdillah d. Al Hasan e. Ibnu Sirin c. Di bidang Qurro' : Ibnu Katsir d. Di bidang Hadits : Azzuhriyyi 2. Abad ke II : a.Di bidang pemerintahan : Al Ma'mun b.Di bidang Fiqih: 1. Assyafi'i 2. Al Lu'lu'iy dari madzhab Hanafi 3. Asyhab dari madzhab Maliki. c. Di bidang Imamiyah : Ali bin Musa Al Ridlo Al Iraqi. d. Di bidang Qurro' : Al Hadromi e. Di bidang Hadits : Ibnu mu'in. f. Di bidang Zuhud : Ma'ruf Al Karrokhi 3. Abad ke III : a. Di bidang pemerintahan : Al Muqtadir b. Di bidang Fiqih : Ibnu Suraij dan Atthohawi dari madzhab Hanafiyah. c. Di bidang Tauhid : Abul Hasan Al Asy'ari d. Di bidang Hadits : Annasari. 4. Abad ke IV : a. Di bidang pemerintahan : Al Qodir Billah b. Di bidang Fiqih : 1. Abu Hamid Al Isfiroyini 2. Al Khowarizmi dari madzhab Hanafiah. 3. Abdul Wahab dari Madzhab Malikiah 4. Al Husain Al Faro' dari madzhab Hambali. c. Di bidang Tauhid : Abu Bakar Al Baqilani dan Ibnu Faurok d. Di bidang Hadits : Al Hakim e. Di bidang Zuhud : Addainuri I
MAM GHOZALI MENYUSUN KITAB IYHA' ULUMUDDIN Para Ahli Tarikh (sejarah) mengungkapkan bahwa Imam Ghozali berkata-kata dengan kitab Ihya' Ulumuddin setelah kembali ke Baghdad dari pengembaraan panjang ke tanah Syam yakni setelah masa pengembaraan dimana nafsunya telah bosan (menjauhi) keduniaaan, dan berzuhud darinya serta memutus hubungan dengan dunia. Para ahli sejarah juga menyebutkan bahwa Imam Ghozali menyampaikan isi dari kitab Ihya' itu di sebuah Majlis-majlis mau'idzoh. Ibnu Najar menceritakan "Sesungguhnya Imam Ghozali tidak memiliki guru dan tidak satu pun belajar ilmu hadits" artinya dalam masa menyusun kitab Ihya' ini. Maka bila kita pahami kata-kata di atas bahwa sesuatu yang di buat dan dikatakan oleh Imam Ghozali dalam kitab Ihya' itu adalah merupakan ilham dari Alloh atau merupakan buah ma'rifat yang dianugrahkan oleh Alloh kepadanya dalam suatu ibadah dan tasawufnya. Memang tidak dapat kita pungkiri bahwa semua isi kitab Ihya' Ulumuddin itu boleh dikatakan hasil wahyu atau ilham Alloh kepadanya yang merupakan buah dari usahanya selama uzlah dan ta'ammul (angan-angan) yang dilakukannya selama di Damascus (Syam), Baitil Maqdis (Palestina), dan Tanah Haram ( Makkah-Madinah) selama puluhan tahun. Dan di masa pengembaraan itulah Imam Ghozali menyusun kitab Ihya' Ulumuddin dan menyampaikan isinya sekembalinya dari pengembaraannya di Baghdad. Dan mustahil terjadinya bila dalam kitab Ihya' yang memuat beberapa nash Al-Qur'an maupun Hadits yang dijadikan dalil oleh Imam Ghozali diketahuinya tanpa seorang guru dan kitab, dan hadits-hadits tersebut dicantumkan besertaan dengan riwayat yang dikenal perowinya dari para ahli Hadits. Sebagian riwayat menceritakan : Bahwa setiap kali Imam Ghozali hendak mencantumkan Hadits Nabi terlebih dahulu sholat dua rokaat, dan mencium hadits tersebut, bila harum baunya, maka beliau cantumkan dalam Ihya' dan bila sebaliknya maka ditinggalkannya. Kitab Ihya' banyak dipuji oleh ulama' baik yang semasa dengan beliau atau ulama'setelahnya termasuk datang dari Imam Annawawi mengatakan: Kitab Ihya hamper mendekati Al-Qur'an (dalam segi kegunaannya untuk pedoman hidup maupun hukum), diantara ulama' yang memuji yaitu: 1. Al Imam Al Faqih Abul Fadli Al Iraqi dengan katanya : kitab Ihya' adalah sebaik-baik kitab dalam agama Islam yang menerangkan tentang ma'rifatul halal wal harom. 2. Abdul Ghofir Al Farisi mengatakan: Kitab Ihya' adalah kitab yang sangat masyhur yang belum di temui sebelumnya bentuk susunannya. 3. Syekh Abu Muhammad Al Kazarwani mengatakan : seandainya semua ilmu di dunia ini di hapus niscaya ilmu tersebut keluar dari kitab Ihya' 4. Sayid Al Jalil Tajul Assyekh Abdullah Idrus yang hamper hafal semua dalil nakli di dalam kitab Ihya' mengatakan: Aku bertahun-tahun memuthola'ah kitab Ihya' setiap Fashal dan setiap huruf darinya aku ulang-ulangi dan aku angan-angan maka tampaklah bagiku dari kitab tersebut beberapa ilmu dari sirri yang amat besar dan pemahaman yang jarang di temui sebelumnya dan belum seorangpun yang mendahuluinya dan menyusulnya, hal itu kutemukan setiap kali aku mengadakan penelitian, maka dengan itu beliau selalu menganjurkan kepada manusia dengan kata-katanya dan tindakannya dan juga mendorong kepada mereka untuk selalu memuthola'ah kitab Ihya' dan mengamalkan isinya. 5. Al Wajiz Al Aziz mengatakan: ketahuilah oleh kalian semua, memutholaah kitab Ihya dapat menghadirkan hati yang lupa dalam waktu sekejap saja. Dan lain-lain pujian ulama' yang tidak dapat kami tuturkan di sini.
KAROMAH IMAM GHOZALI DENGAN KITAB IHYA' ULUMUDDIN 1. Ketika Imam Qodli Iyadl berfatwa dan hendak membakar kitab Ihya' spontan pada saat itu beliau wafat. 2. Syekh Sayidi Muhyiddin Ibnu Al Arobi mengatakan: Syekh Abu Abdillah Ibnu Zain adalah orang yang mulia di tanah Asybiliyyah, beliau selalu membaca kitab-kitab karya Imam Ghozali, pada suatu malam beliau muthola'ah (membaca) kitab karangan Abul Qosim bin Ahmad yang kontrofersi (bertentangan) dan bahkan menolak kata-kata Imam Ghozali lantaran itu Syekh Abu Abdillah buta matanya, dan seketika itu juga beliau sujud kepada Alloh dan tadlorru' dan bersumpah tidak akan membaca kitab tersebut selamanya dan akan membuangnya, kemudian Alloh mengembalikan penglihatannya seperti sedia kala. 3. Syekh Ibnu Harozim kebiasaannya suka mencaci Imam Ghozali dan tidak mau menggunakan fatwa-fatwanya sampai dia melarang membaca kitab Ihya'. Pada suatu hari beliau keluar menuju ke para santrinya sambil membawa kitab Ihya', beliau bertanya kepada mereka: Tahukah kamu dengan kitab Ihya' ini? Setelah itu beliau membuka kancing bajunya dan memperlihatkan bekas sabetan pecut di badannya sambil berkata : Tadi malam Aku bermimpi di temui Imam Ghozali diajak Showan menghadap Nabi Muhammad SAW. Setelah kami berdua di hadapan Nabi SAW. Imam Ghozali berkata : Ya Rosul orang ini menuduh aku berkata dengan sesuatu yang tidak engkau sabdakan. Mendengar penuturan Imam Ghozali, Nabi memerintah untuk memukuliku. Kemudian aku di pukuli dan begitu bangun tampak bekas pukulan itu pada tubuh ini.
BEBERAPA KAROMAH IMAM GHOZALI 1) Syekh Abi Al Hasan Assyadzili berkata : Aku bermimpi bertemu Nabi SAW. Beliau sedang membanggakan Imam Ghozali di hadapan Nabi Isa dan Musa dengan bersabda : Adakah Umatmu yang seperti Imam Ghozali ini? Beliau berdua menjawab : Tidak ada. 2) Syekh Ahmad Asshoyyadi melihat semua pintu langit terbuka dan para malaikat turun ke dunia sambil membawa pakaian berwarna hijau dan membawa kendaraan, kemudian mereka berhenti di salah satu makam dan mengeluarkan mayat dari kuburnya kemudian di beri pakaian berwarna hijau dengan disertai kendaraan yang di kendarai mereka, kemudian diajak naik ke langit sampai ke beberapa langit dilewatinya, hingga mampu membedah 70 hijab. Aku terheran-heran dengan peristiwa itu, ingin aku mengetahui siapa orang itu ? Kemudian ada yang berkata : Ini Al Ghozali. 3) Al Imam Fakhruddin Abu Bakar Assyasyi menuturkan : sesungguhnya di zaman kami ada seorang lelaki yang membenci Imam Ghozali dengan mencaci maki beliau dan suka menggunjingnya ke beberapa pelosok kota. Kemudian lelaki tersebut bermimpi melihat Nabi SAW. Ada disisnya Abu Bakar, dan Umar bin Khottob, sedangkan Imam Ghozali berada di hadapan Nabi SAW. Sambil berkata, Ya Rosulalloh! Lelaki ini menggunjing aku. Setelah itu Nabi bersabda ambilkan beberapa pecut ke sini, dan beliau memerintahkan untuk memukulinya, karena Imam Ghozali. Lelaki itu kemudian terbangun dari tidurnya dan ternyata bekas pukulan pecut ada di punggungnya dan tidak hilang, menangislah lelaki tersebut dan menceritakan peristiwa yang dialaminya kepada manusia. Peristiwa serupa juga dialami oleh Ibnu Hurzuhim Al Maghrobi yang terjadi berkaitan dnegan kitab Ihya karya Imam Ghozali. 4) Ibnu Subki berkata: SETengah dari ulama' Fuqoha' di suatu kota menceritakan: Ada seseorang bercakap-cakap tentang Imam Ghozali di madrasah Asysyafi'iyyah dan ia mencaci makinya, hal itu membuat prihatin yang sangat mendalam bagi sebagian ulama' Fuqoha' tersebut. Di suatu malam ia bermimpi melihat Al Ghozali dan menuturkan apa yang dialaminya, Imam Ghozali lalu berkata : janganlah kamu terbawa kesusahan yang sangat mendalam, lihatlah esok hari dia akan mati. Ketika pagi telah datang seperti biasanya ba'dlil Fuqoha' itu datang ke Madrasah Asysyafi'iyyah dan ia melihat orang yang mengolok-ngolok Al Ghozali juga datang dalam keadaan sehat dan baik-baik saja, sepulang dari madrasah ia jatuh dari atas kendaraannya sebelum sampai ke rumahnya, lantaran itulah dia mati di akhir siang itu. 5) Seorang raja di tanah maghrib bernama Ali bin Yusuf bin Tasyiqin yang bergelar Amirul Mu'minin, beliau seorang raja yang adil kepada rakyatnya, bersih dari berbuat dzolim, yang memiliki keutamaan, mengetahui dan mengakui madzhabnya Imam Malik, ketika kitab karangan Imam Ghozali masuk di tanah maghrib yang direkayasa dengan isu kepada raja Ali bin Yusuf bahwa karangan-karangan Al Ghozali itu mengandung ilmu falsafat murni padahal raja tersebut sangat benci dengan ilmu tersebut, maka diinstruksikan untuk membakar kitab-kitab Imam Ghozali dan menjatuhkan sangsi amat berat yaitu hukuman mati kepada siapa saja yang kedapatan membawa atau menyimpan satu kitab diantara karnagan Imam Ghozali, kemudian setelah beberapa waktu tampaklah kemungkaran-kemungkaran di negaranya dan tampaklah aib tingkah lakunya sementara prajuritnya yang kuat membuat raja merasa tak mampu memimpinnya akhirnya sang raja berdo'a agar digantikan seorang raja yang mampu mengatur urusan kaum muslimin dan akhirnya diganti oleh Abdul Mu'min bin Ali tetapi undang-undang yang dibuat Ali bin Yusuf tentang larangan menggunakan atau memiliki kitab-kitabg karangan Imam Ghozali tidak di nusakh bahkan terus diberlakukan, hal itu membuat Abdul Mu'min bin Ali sebagai raja baru menemui banyak kesulitan dalam mengatur kaum muslimin sampai wafat. 6) Abu Abdillah Muhammad bin Yahya bin Abdul Mu'min Al ubdariyyu Al Muadzdzinu berkata : Aku melihat ditanah Iskandariyah pada tanggal 11 bulan Muharrom atau bulan Shofar tahun 500, terhadap sesuatu yang dilihat oleh orang tidur seolah-olah matahari terbit dari arah terbenamnya matahari, maka mimpi itu di ta'wili oleh ahlinya : Bahwa akan datang sebuah bid'ah di tanah Iskandariyah, memang benar setelah beberapa hari kemudian sampailah khabar umum dengan dibakarnya kitab-kitab karya Imam Ghozali di kota Al Mariyah.
PARA MURID IMAM GHOZALI YANG PERNAH NYANTRI KEPADANYA 1. Al Qodli Abu Nasir Ahmad bin Abdillah bin Abdul Rahman Al Hamqori lahir tahun 466 H. belajar Fiqih kepda Imam Ghozali di kota Atthushyi dan belajar hadits kepada Ulama lain, wafat tahun 544H. dalam usia 78 tahun. 2. Al Imam Abul Fattah Ahmad Ibnu Ali Muhammad bin Barhan, beliau semula bermadzhab Hambali kemudian berpiindah Madzhab Syafi'I dan belajar Fiqih kepada Imam Assyasyi, Abi Hamid Al Ghozali, dan Imam Al Kaya', beliau belajar bermacam-macam ilmu di Madrasah Nidzomiyah asuhan Imam Ghozali juga belajar kitab Ihya' kepada mereka di tengah malam mendengar hadist dari Ibnu Al Bathor dan Abi Abdillah Anna'ali dan mendengarkan haditsnya Imam Bukhori yang dibacakan di hadapan Ali Abi Tholib Azzainabi, beliau lahir tahun 476 H. wafat tahun 518 H. dalam usia 42 tahun. 3. Abu Mansur Muhammad bin Isma'il bin Al Husain bin Al qosim Al Atthori beliau satu kampung dengan Imam Ghozali yang ahli nasehat yang bergelar hafadah. Lahir tahun 486 H. belajar Fiqih di Atthusyi kepada Imam Ghozali, di Marwa kepada Abi Bakar Assam'ani dan beberapa kitab Imam Baghowi mendengar langsung dari pengarangnya, dan Abi Al Fatayani Addahastani Al Hafidzi, wafat tahun 573 H. dalam usia 87 tahun. 4. Assadid Abu Said Muhammad bin As'ad bin Muhammad Annauqoni, belajar fiqih kepada Imam Ghozali, wafat tahun 554 H. dalam sebuah peperangan Ali bin Musa Arridlo dan peperangan yang disebut perang Nafar. 5. Abu Abdillah Muhammad bin Abdullah bin Taumarot al Mashmudi yang dijuluki Al Mahdi, juru bicara raja yang bernama Abdul Mu'min bin Ali yang menjadi raja tanah Maghrib, masuk ke tanah Masyriq dan berguru kepada Imam Ghozali dan Imam Al Kaya'. 6. Abu Hamid Muhammad bin Abdul Malik bin Muhammad Al Jauzaqoni Al Isfiroyini, belajar fiqih kepada Imam Ghozali di Baghdad. Mendengar hadits dari Ibnu Abi Abdillah Al Humaidi Al hafidzi pernah bertemu Ibnu Assamu'aini di Isfiroyini. 7. Abu Abdillah Muhammad bin Ali bin Abdillah Al Iraki Al Baghdadi, belajar fiqih kepada Imam Ghozali, Al Kaya', dan Assyasyi hidup sampai tahun 540 H. 8. Abu Said Muhammad bin Ali Al Jawani Al Kurdi belajar kitab Al Jami' Al Awami kepada Imam Ghozali, membacakan kitab Al Maqomati Al Haririyati kepada Mu'alifnya. 9. Abu Said Muhammad bin Yahya bin Masur Annaisaburi Al Baghdadi lahir tahun 476 H., wafaat tahun548 H., dalam usia 72 tahun. Salah seorang murid Imam Ghozali yang sangat terkenal belajar fiqih kepada Imam Ghozali dan menyarahi kitab Imam Ghozali yang bernama Al Basit. Belajar Hadits dari Abi Hamid Abdul Wusin dan Nasrulloh Al Khosynani, wafat menjadi syuhada' pada sebuah peperangan Al Fanzi di bulan Romadhon. 10. Abu Thohir Ibrohim bin Al Muthohir Assyaibani, beliau mula-mula berguru kepada Imam Haromain di Naisaburi kemudian kepada Imam Ghozali pergi bersamanya ke Iraq, hijaz, dan Syam kemudian beliau kembali ke kampung halamannya di Jurjani, dan mengembangkan ilmunya dengan mengajar dan memberi petuah (nasehat).beliau wafat sebagai syuhada' pada tahun 513 H. 11. Abu Thohir Ahmad bin Muhammad bin Ibrohim Assalafi, dll.
KITAB-KITAB KARANGAN IMAM GHOZALI Al Manawi berkata : Imam Nawawi menuqil dari gurunya yang bernama Attaghlisi dalam kitab Bustan Karya Imam Nawawi sendiri, Gurunya menukil dari sebagian Ulama' dengan katanya: Aku menghitung kitab-kitab yang disusun Imam Ghozali dan aku membagi dengan umurnya maka menghasilkan kesimpulan bahwa setiap hari ada empat kitab yang di karang olehnya. Padahal usianya mencapai 55 tahun. Hal ini merupakan bagian dari nasyru zaman (waktu yang diperpanjang) bagi para ulama' termasuk beliau, adalah merupakan karomah terbesar bagi siapa yang memilikinya, karomah nasyru zaman ini dialami oleh banyak ulama' seperti Ibnu Jarir Atthobari, Ibnu Syahin, Ibnu Naqib, Imam Assubki, Annawawi, Imam Assuyuti dll. Imam Ghozali menyusun beberapa kitab dari beberapa macam fan ilmu yang antara lain: 1. احياء علوم الدين 2. تهافة الفلاسقة 3. الإقتصاء في الإعتقاد فى علم المتكلمين فى مقدار مائة ورقة 4. المنفذ من الضلال . ذكر فيه غاية العلوم واسرارها وغائلة المذاهب واغوارها وما قاساه فى الإستخلاصالحق من بين اصطراب الفرق. 5. جواهر القرآن فى بيان اسرار آيات القرآن و انه البحر المحيط المنطوى على اضاف النفائس 6. ميزان العمل فى بيان فلسفة دينية توضح ما جاء فى علوم الدين من الغاية والمقاصد 7. المقصد الاسنى فى معانى اسماء الله الحسنى 8. فيصل التفرقة بين الإسلام والزندقة فى بيان فساد رأي من يسارع الى التكفير فى كل ما يخالف مذهبه 9. القسطاس المستقيم فى بيان طريق رفع الخلاف بين الخلق وهو كتاب مستقل بنفسه مقصوده بيان ميزان العلوم واظهار الإستغناء عن الإمام المعصوم 10. المستظهرى 11. حجة الحق 12. مفصل الخلاف فى اصول الدين.وفى هذه الكتب الثلاثة تمرض لمذهب التعليمية وبين فساد مذهبهم 13. كيمياء السعادة حصرفية الشبه التي توهمها اهل الإباحة و كشفها 14. البسيط 15. الوسيط 16. الوجيز 17. خلاصة المختصر. وهي متب تبحث فى علم الحدود الموضعة للإختصاص بالأموال والنساءوالمعاملات وغيرها من الباحث الفقهية 18. يا قوت التأويل في تفسير التنزيل فى اربعين مجلدا 19. كتاب المصتصفى 20. المنتحل فى علم الجدال 21. كتاب المقاصد 22. مشكاة الآنوار 23. كتاب اسرار علم الدين 24. الدور الفاخرة فى كشف علوم الأخرة 25. القربة الى الله عز وجل 26. بداية الهداية 27. الذريعة الى مكارم الشريفة 28. تلبيس ابليس 29. شفاء العليل فى القياس و التعليل 30. كتاب الإنتصار 31. كتاب الرسالة القدسية 32. كتاب المأخذ 33. الامالى.وغير ذلك 34. كتاب المنحول. وهما فى اصول الفقه 35. معيار العلم 36. المضمون به على غير اهله 37. محك النظر 38. منهاج العابدين 39. كتاب الأنيس فى الوحدة 40. اخلاق الأبرار والنجاة من الأشرار 41. كتاب الأربعين فى اصول الدين 42. المبادئ والغاية 43. نصيحة الملوك 44. الجام العوام عن علم الكلام 45. كتاب العلوم الدنيسة 46. اثبات النظر 47. القول الجميل فى الرد على من غير الانجيل
 KATA-KATA MUTIARA IMAM GHOZALI
1. الدنيا مزرعة الأخرة وهي منزل من منازل الهدى 1. Dunia adalah tempat persemaian akhirat, dunia itu adalah satu tempat diantara tempat petunjuk.
2. انوار العلوم لم تحجب من القلوب لبخل ومنع من جهة المنعم تعالى عن ذلك بل لخبث و كدورة وشغل من جهة القلوب فانها كالاوانى ما دامت مملوأة بالماء لايدخلها الهواء والقلب لمشغول بغير الله لا تدخله المعرفة 2. Nur Ma'rifat tidak akan terhalang dari hati hanya karena bakhil dan menolak nur tersebut dari Dzat pemberi nikmat akan tetapi terhalangnya hati dari Nur Ma'rifat kerena kotor dan keruhnya hati, serta istighonya hati kepada selain Alloh. Hati itu diibaratkan tempat air yang mana bila tempat itu penuh dengan air maka angin takkan masuk ke dalamnya begitu juga hati yang terkonsentrasi kepada selain Alloh Nur Ma'rifat pun takkan masuk ke dalamnya.
3. من ارتفع الحجاب بينه وبين قلبه تجلى له الملك والملكوت فى قلبه فيرى جنة عرضها السموات والارض 3. Barang siapa yang hilang penghalang antara hati denganNya maka akan tampak kraton langit dan Bumi di hatinya, ia akan melihat Syurga yang lebarnya sama dengan tujuh langit dan bumi.
4. جلاء القلوب والأبصاريحصل بالذكر ولا يتمكن منه الا الذين اتقوا فالتقوى باب الذكر والذكر باب الكشف والكشف باب الفوز الاكبر 4. Terangnya hati dan penglihatan hati dapat di hasilkan dengan dzikir, tidak akan mungkin melakukan dzikir kecuali mereka yang bertaqwa adalah pintunya dzikir dan dzikir adalah pintunya kasyaf sedangkan kasyaf ( hilangnya hijab) adalah keuntungan yang amat besar.
 5. اشرف انواع العلم العلم بالله عز وجل وصفاته وافعاله وفيه كمال الآنسان و كماله وسعادته وصلاحه بجوار حضرة الجلال والكمال 5.
Aneka (macam) ilmu yang paling mulia adalah mengetahui Dzat Alloh, sifat-sifatnya dan perbuatannya, karena dengan ilmu tersebut dapat membentuk kesempurnaan jiwa manusia, kesempurnaan jiwa manusia adalah merupakan keberuntungannya. Manusia dianggap baik bila dapat bermuroqobah di hadirot Alloh Yang Maha Agung dan Maha Sempurna.
6. ليس الورع فى الجبهة حتى تقطب ولا فى الخد حتى يصقر ولا فى الظهر حتى ينحنى ولا فى الرقبة حتى يطأطئ ولا فى الذيل حتى يضم انما الورع فى القلوب 6. Bukanlah Wira'I itu terletak di jidatnya sehingga mengerut dan tidak pula di pipi hingga pucat tidak pula di punggung hingga membungkuk dan tidak pula di tengkuknya hingga menunduk tetapi wira'I terletak di hati.
7. أورع الناس واتقاهم واعلمهم من لا ينظر الناس كلهم اليه بعين واحد بل بعضهم بعين الرضا وبعضهم بعين السخط 7. manusia yang paling Wira'I,paling taqwa, dan paling 'alim ialah orang yang tidak di pandang oleh semua manusia dengan satu pandangan akan tetapi sebagian melihatnya dengan pandangan ridho sedang yang lain dengan pandangan kebencian( kemarahan).
8. حقيقة الذكر لا تتمكن من القلب الا بعد عمارته بالقوى وتطهيره من الصفات المذمومة والا فيكون الذكر حديث نفس ولا سلطان له على القلب ولا يدفع الشيطان 8. Hakikat suatu dzikir itu tidak akan menempat di dalam hati kecuali setelah meramalkannya dengan taqwa dan mensucikannya dari sifat-sifat tercela, apabila tidak demikian maka dzikir itu hanya sekedar kata hati, ia takkan mampu menguasai hatinya dan juga takkan mampu menolak syetan darinya.
9. البطن والفرج باب من ابواب النار واصله الشبع والذل والانكسار باب من ابواب الجنة واصله الجوع, ومن غلق بابا من ابواب النار فقد فتح بابا من ابواب الجنة لتقابلهما فالقرب من احدهما بعد عن الأخر 9. Perut dan farji adalah salah satu pintu dari beberapa pintu neraka sumbernya adalah makan kenyang, menghinakan diri dan memecah syahwat (tidak menurutinya) adalah satu pintu dari pintu beberapa pintu syurga sumbernya adalah perut yang lapar. Barang siapa yang menutup satu pintu dari pintu neraka berarti telah membuka satu pintu dari pintu syurga karena keduanya selalu menjadi perbandingannya mendekati satu diantaranya berarti menjauh dari yang lain.
 10. من عود نفسه الفكر فى جلال الله وعظمته وملكوت ارضه وسمائه صار ذلك عنده الذ من كل نعيم فلذة هذا في عجائب الملكوت على الدوام اعظم من لذة من ينظر الى اثمار الجنة وبساتينها بالعين الظاهرة. 10. Barang siapa yang mentradisikan dirinya berfikir tentang keagungan Alloh, alam batinnya langit dan bumi maka hal itu terasa paling lezat dari semua ni'mat yang ada, kelezatan demikian itu secara abadi jauh lebih besar disbanding lezatnya orang yang melihat buah-buahan sorga dan perkebunannya dengan penglihatan dzahir.